1. Singapura
Menurut Dr.Jeremy Lim, Direksi program Global Health di National University of Singapore, ada tiga penyebab yang membuat Singapura sukses menangani Covid-19. Pertama, penanganan awal dan respons pemerintah. Singapura membuat sistem gugus tugas multi-lembaga yang diketuai menteri kesehatan dan pembangunan nasional.
Seluruh gugus tugas ini bahkan sudah dibentuk sebelum kasus pertama terdeteksi. Selain itu, mekanisme contact tracing Singapura juga sangat bagus. Sekitar 40 persen kasus terdeteksi melalui mekanisme pelacakan kontak. Hal ini termasuk mereka yang tanpa gejala (OTG).
Pemerintah Singapura juga menyadari pentingnya memotivasi masyarakat untuk bekerja sama melawan pandemi. Sejak awal, Singapura mengumumkan segala biaya medis mencakup pelacakan dan pemulihan akan dibiayai negara. Warga yang melakukan karantina atau isolasi akan mendapatkan Sin$100 per hari sebagai kompensasi.
Sebaliknya, pemerintah Singapura akan memberikan penalti bagi yang melanggar perintah karantina dan isolasi. Ancamannya tak main-main. Pemerintah akan mencabut hak tinggal mereka sebagai warga negara secara permanen.
Kedua, adanya rasa saling percaya antara pemerintah dan ahli medis. Hal ini mendorong warga negara berani melapor jika mengalami gejala dan melakukan pembatasan sosial.
Ketiga, komunikasi yang jelas dan konsisten. Negara dengan jumlah penduduk 5,7 juta jiwa ini menanggapi serius informasi palsu seputar Covid-19. Pemerintah Singapura menggunakan akun WhatsApp pemerintah untuk mengingatkan langkah-langkah kesehatan setiap hari. Akun ini juga digunakan untuk menghilangkan informasi palsu.
Singapura sudah melakukan vaksinasi Covid-19 ke setidaknya satu per lima dari total penduduk.
Untuk pertama kalinya sejak laporan Bloomberg diluncurkan, Singapura pada laporan terbaru yang terbit pada 26 April berhasil menggeser Selandia Baru sebagai negara yang selalu menempati peringkat pertama dalam pengendalian pandemi Covid-19.
2. Selandia Baru
Mengutip BBC, negara ini sempat mencetak rekor ketika dalam 24 hari berturut-turut, tidak ada satu kasus Covid-19 yang dilaporkan. Ketangkasan Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern dalam menangani Covid-19 patut diacungi jempol.
Ketika kasus pertama diumumkan 28 Februari 2020, pemerintah Selandia Baru mewajibkan karantina 14 hari bagi warga yang baru kembali dari Cina. Pintu kedatangan internasional dari Cina, Iran, Korea Selatan, dan Italia mulai diperketat. Hingga akhirnya, Selandia Baru menutup pintu masuk bagi warga non-Selandia Baru di Maret 2020.
Jacinda mengatakan itu adalah kebijakan paling ketat di dunia. Dengan kebijakan lockdown ini, jumlah kasus impor dapat dikendalikan. Hasilnya, kasus harian Covid-19 di negara dengan jumlah penduduk 5,1 juta jiwa ini turun di bawah 10 pada pertengahan April 2020.
Selain itu, ketika lockdown diberlakukan, Selandia Baru gencar melakukan testing dan tracing. Sekitar 100.000 tes dilakukan per hari. Ketika ada kasus yang terkonfirmasi, akan ada peringatan bagi setiap orang yang mengalami kontak dengan pasien untuk melakukan isolasi.
Kombinasi lockdown dan testing ini menurut jurnal The Lancet mampu mengidentifikasi rantai transmisi sebelum menyebar ke populasi yang rentan. Dengan penemuan kasus melalui pengujian dan pelacakan kontak, mengisolasi kasus baru dan karantina, Selandia Baru berhasil memutus rantai penularan virus korona.
Dikutip dari The Guardian, Selandia Baru juga menggunakan genome sequencing untuk mengidentifikasi secara lebih akurat pembawa virus, penularan hingga lokasi penyebaran. Hasilnya, pemetaan penyebaran secara tepat dimiliki dan kebijakan lockdown tidak berlangsung lama.
Selandia Baru sudah memvaksinasi kurang dari tiga persen total penduduk. Vaksin diberikan kepada petugas imigrasi, petugas karantina, dan pekerja di garda terdepan penanganan Covid-19.
3. Australia
Australia termasuk negara yang sukses menangani pandemi Covid-19. Bahkan penggunaan masker tidak diwajibkan jika menjaga jarak memungkinkan. Per 29 April 2021, Negeri Kangguru hanya hanya memiliki 30 kasus. Program vaksinasi pun baru dimulai pada 21 Februari 2021.
Mengutip The Conversation, keberhasilan Australia dimulai dengan membentuk Kabinet Nasional pada pertengahan Maret 2020 yang diisi oleh Perdana Menteri dan pemimpin negara bagian untuk mempermudah proses pembuatan kebijakan untuk merespons Covid-19.
Seminggu setelah dibentuk, kebijakan pelarangan social gatherings diberlakukan. Penyedia jasa atau bisnis yang tidak esensial mulai ditutup. Selain itu, sejak awal pandemi Australia juga menggunakan konferensi pers dan media untuk menjelaskan kebijakan terkait Covid-19 berdasarkan saran ahli kesehatan.
Keberhasilan Australia juga terlihat dengan adanya pembuatan kebijakan yang cepat berdasarkan data. Australia menutup pintu kedatangan internasional pada Maret 2020 ketika dua per tiga kasus baru disebabkan oleh pelancong internasional. Seminggu kemudian, Australia mewajibkan pendatang internasional karantina selama dua minggu.
Selain itu, ada peran kepatuhan masyarakat akan kebijakan menjaga jarak. Masyarakat diminta menggeser interaksi sosial secara fisik menjadi interaksi melalui media sosial untuk mengurangi risiko penularan virus.
Negeri dengan jumlah penduduk sekitar 25,5 juta jiwa ini menjadi salah satu negara pertama yang menerapkan pengujian Covid-19 drive thru pada Maret 2020. Bahkan ketika tingkat kasus mulai turun atau mencapai nol, Australia tetap gencar melakukan testing. Hampir 15 juta tes Covid-19 sudah dilakukan.
4. Jepang
Covid Resilience Ranking Bloombergs biasa menempatkan Jepang pada posisi ketujuh atau kedelapan selama empat bulan terakhir. Negeri Sakura ini baru mengadakan vaksinasi Covid-19 pada 17 Februari.
Menurut jurnal global health, ada tiga penyebab Jepang bisa mengendalikan pandemi. Pertama, respons pemerintah yang cepat dalam menekan jumlah kasus dan dampaknya paad kehidupan sosial dan ekonomi. Jepang terbantu karena memiliki sistem perawatan yang mencakup pasien Covid-19 di bawah asuransi kesehatan nasional yang merata perdesaan.
Kedua, Jepang mengumumkan kedaruratan nasional dengan memodifikasi sistem monitor penyakit, khusus untuk dugaan kasus impor Covid-19. Pemerintah Jepang menutup sekolah, menutup pintu bagi pendatang dari Cina, Korea Selatan, dan negara lain yang sudah melaporkan kasus Covid-19. Pemerintah juga mendorong masyarakat untuk tinggal di rumah dan mempromosikan social distancing.
Ketiga, gaya hidup sehat masyarakat Jepang juga memainkan peran dalam menangani pandemi. Laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menemukan bahwa orang dengan komorbid seperti penyakit jantung, obesitas, dan diabetes 6 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit, dan 12 kali lebih mungkin meninggal jika terkena Covid.
Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki prevalensi komorbiditas, obesitas, dan diabetes yang rendah karena kebiasaan makan yang sehat dan olahraga. Jepang, misalnya memiliki tingkat obesitas penduduk dewasa hanya 3,3 persen, bandingkan dengan Amerika Serikat yang mencapai 40 persen.
5. Taiwan
Dalam seminggu terakhir, Taiwan memiliki kurang dari 10 kasus baru Covid-19 per harinya. Berdasarkan Bloomberg, Taiwan biasanya menempati ranking empat atau lima dalam empat bulan terakhir.
Sejak awal kemunculan Covid-19, Taiwan langsung melarang warga dari Cina, Hong Kong, dan Macau masuk ketika kasus virus corona mulai naik di Cina. Taiwan kemudian memberlakukan pembatasan jumlah pelancong internasional.
Menurut DW, pemerintah Taiwan menggunakan teknologi data untuk membantu tenaga medis mengidentifikasi dan melacak pasien dan masyarakat yang diduga terinfeksi Covid-19. Taiwan juga menggunakan teknologi untuk melacak lokasi warganya yang tengah melakukan karantina untuk memastikan mereka tetap berada di dalam rumah.
Taiwan juga berinvestasi di riset biomedis untuk memproduksi massal tes cepat Covid-19. Sistem pelayanan kesehatan Taiwan merekam secara digital informasi medis setiap warga negara untuk diolah datanya secara real time. Tujuannya agar tenaga medis dapat memprediksi apakah ada pasien yang diduga terinfeksi Covid-19 atau memiliki risiko lebih tinggi berdasarkan laporan perjalanan mereka.
Pada 26 April, sebanyak lebih dari 45.000 warga Taiwan sudah menerima vaksin dosis pertama dari total penduduk sekitar 23,56 juta jiwa.
Selain menangani Covid-19, pemerintah Taiwan juga menangani disinformasi mengenai virus ini. Mengandalkan Taiwan FactCheck Center, NGO ini membantu pemerintah melawan kampanye disinformasi yang umumnya ditujukan untuk mendiskreditkan pemerintah Taiwan.
Demikianlah postingan kali ini mengenai daftar 5 Negara Paling Tahan terhadap pandemi COVID-19 yang bersumber dari Lokadata.
Source : Lokadata