Pada hasil penghitungan pukul 18.00 Wita, Pasangan Esthon Paul unggul dengan perolehan suara 114.224 suara sedangkan Paket Frenly meraih 92.526 suara. Namun pada pukul 21.00 saat KPUD NTT kembali merilis data perhitungan, paket Frenly balik unggul dengan perolehan suara 208.869 atau 51.46 persen, sedangkan paket Esthon - Paul memperoleh 197.003 atau 48,53 persen. Namun hasil akhir masih belum diketahui, karena belum semua suara masuk ke KPUD NTT.
Pemilukada Propinsi Nusa Tenggara Timur akhirnya harus dilaksanakan dua putaran karena tidak ada pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang jumlah suaranya mencapai 30 persen. Sekedar untuk mengingat berikut ini adalah hasil pemilukada putaran pertama:
Pasangan Frans Lebu - Benny yang didukung oleh PDIP, PKS, PPP, PKB dan Partai Hanura memperoleh 681.273 suara atau 29,80 persen.
Pasangan Esthon - Paul yang diusung Partai Gerindra dan PDS meraih 515.836 suara atau 22,53 persen.
Pasangan I.A Medah yang diusung Partai Golkar memperoleh 514.173 suara atau 22,48 persen.
Pasangan Christian Rotok - Paul Liyanto dari jalur perseorangan memperoleh 332.569 suara atau 14,54 persen.
Benny Harman - Willem Nope yang diusung Partai Demokrat meraih 242.610 suara atau 10,61 persen.
Suara sah 2.286.461 suara dari jumlah pemilih sebanyak 2.286.461 suara, dan dari daftar pemilih tetap sebanyak 3.270.094 orang.
Melihat hasil dari daftar di atas maka pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan bertarung adalah pasangan Esthon Foenay - Paul Talo dan pasangan Frans Lebu Raya - Benny Litelnoni. Putaran kedua yang tadinya akan dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2013 namun diundur jadwalnya menjadi tanggal 23 Mei 2013.
Hasil quick count putaran kedua pemilukada NTT tentu saja menjadi hal yang sangat ditunggu oleh masyarakat NTT, mengingat pemilukada putaran kedua ini sangat menentukan siapa yang bakal menjadi gubernur dan wakil gubernur Nusa Tenggara Timur untuk periode 2013-2018.
Hasil quick count bisa menjadi gambaran kemenangan salah satu pasangan jika keunggulan jumlah suara lebih dari 2 persen, karena metode quick count memiliki margin eror 1 persen, jika keunggulannya dibawah 1 persen seperti yang terjadi pada pemilukada Bali, maka metode quick count sulit menentukan siapa pemenangnya.
Jika ada lembaga survei yang melakukan metode quick count pada pemilukada NTT putaran kedua ini, maka masyarakat NTT akan lebih cepat mengetahui hasil dari pilkada NTT tersebut.